Menggali Potensi Diri Sendiri
Hai guys kali
ini saya ingin
bercerita sedikit tentang bagaimana kita dapat menggali potensi diri sendiri
sebagai salah satu tugas dari mata kuliah softskill Pengantar Komputasi Modern.
Pada tulisan kali ini, saya akan bercerita mengenai pengalaman saya secara pribadi bagaimana kita dapat menggali
potensi pada diri kita sendiri. Secara jujur penulis kurang setuju dengan
namanya potensi diri sendiri.
Saya sendiri
ingin menyampaikan pandangan saya tentang apa itu Potensi. Banyak orang
mengatakan jika seseorang memiliki potensi nya masing - masing. sebagai contoh
individu A memilikit bakat dibidang olahraga, B dibidang kesenian, dan lain sebagainya. Saya sendiri kurang setuju atas pandangan ini. Menurut saya setiap
individu diciptakan memiliki individu yang sama. Tidak ada yang lebih hebat
dari ini atau sebagainya. Semua diciptakan secara merata dan adil. Banyak orang
mengatakan jika Tuhan menciptakan manusia dengan bakat - bakat tertentu yang biasa disebut dengan
potensi dan kemudian mengharuskan manusia untuk meng-explore dan mencari
potensinya pada dirinya masing-masing. Hal ini menurut saya tidaklah benar atau
kurang tepat. Menurut saya pribadi setiap manusia diciptakan sama. Tidak ada
yang memiliki kemampuan yang lebih hebat dibidan A atau B. Yang ada hanyalah
”kemauan”. Lalu apa yang saya ingin katakan tentang potensi ?
Menurut saya yang dimaksud dengan
potensi adalah usia atau waktu. Mengapa demikian ? Sungguh sangat tidak logis
dan adil menurut saya jika Tuhan menciptakan manusia dengan bakat masing-masing
dan berbeda-beda. Pada dasarnya semua itu sama. Yang membedakan antara suatu
individu dengan individu yang lainnya adalah kemauan pada diri mereka
masing-masing. Beberapa orang menyebutnya hobby, untuk bahasa yang lebih umum
atau santai. Untuk yang lebih spesifik beberapa orang menyebutnya minat. Lalu
apa hubungannya dengan waktu dan apa yang dimaksud dengan potensi adalah waktu ?
Sebelum saya menjelaskan suatu pengalaman pribadi saya tentang menggali potensi
diri. Menurut saya potensi itu adalah waktu. Siapapun yang hidup di dunia ini,
setiap individu terutama individu yang memiliki umur relatif muda sekitar <
25 tahun akan memiliki Potensi yang sungguh besar, karena mereka masih dapat
berkembang dikarenakan mereka masih memiliki kekuatan dan energi yang cukup
besar untuk mengembangkan diri mereka dibandingkan dengan individu yang
memiliki umur lebih tua atau diatas 25 tahun. Beberapa orang mengatakan ”wah
dia hebat dalam bermain bola, dia sungguh berbakat sedangkan saya tidak.”
Pertanyaan saya adalah apakah orang itu sungguh memiliki bakat atau talenta
”magis” yang diberikan secara lebih oleh tuhan dibanding orang lain? Sungguh tidak,
orang itu hanya melakukan apa yang dia suka, apa yang dia cintai, dan dia
memiliki kemauan untuk terus mengembangkan apa yang ia suka. Dia hanya
melakukan apa yang dia ingin lakukan.
Saya akan menjelaskan contoh
pengalaman pribadi saya dalam menggali potensi diri sendiri dan mengapa saya
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan potensi adalah usia atau waktu.
Awalnya saya tidak begitu mengerti
tentang potensi. Bahkan saya sempat mengatakan didalam hati saya bahwa
sebenarnya saya tidak memiliki potensi yang baik. Saya tidak memiliki bakat
yang patut dibanggakan atau keahlian yang menonjol. Namun, seiring dengan
berjalannya waktu dan usia yang semakin bertambah, Ketika saya berumur sekitar
17-18 tahun dan pada usia tersebut saya baru masuk ke Universitas Gunadarma
jurusan Teknik Informatika. Saya sangat menyukai hal-hal mengenai modern,
mengenai program, saya sungguh tertarik untuk belajar hal tersebut, saya
sungguh ingin menciptakan atau ambil bagian pada perusahaan besar IT yang pada
saat ini menjadi trend dikalangan saya. Namun, pada kenyataannya saya tidaklah
benar-benar bisa melakukan hal-hal yang saya inginkan seperti membuat suatu
program, web atau yang lainnya. Entah karena itu terlalu sulit atau minat saya
yang kurang begitu besar, hanya diawal. Namun, secara perlahan dan bertambahnya
usia, saya mulai berfikir jika apakah mereka yang hebat terutama dalam dunia IT
itu pada awalnya memiliki kemampuan yang memang diluar dari kemampuan manusia
pada umumnya? Ternyata tidak. Mereka pada awalnya adalah sama, mereka justru
mendapat cacian dari orang lain karena dianggap aneh. Namun, mereka tetap
melakukan apa yang ingin mereka lakukan. Jadi saya tetap menjalani apa yang
ingin saya lakukan. Hal ini lah yang membuat saya menjadi semakin kuat dan
yakin tentang kemauan saya, bahwa saya tidak hanya sekedar iseng untuk masuk
menjadi seorang IT.
Suatu pembuktian dimulai ketika saya
memasuki semester 6 dimana pada kampus saya diwajibkan untuk menyelesaikan
Penulisan Ilmiah. Penulisan Ilmiah merupakan sebuah tugas yang bagi saya
semi-skripsi atau latihan membuat skripsi. Saya mendapatkan DP yang
mengharuskan saya membuat sebuah program. Dikarenakan saya sangat menyukai
games, maka saya dengan modal nekat mengajukan untuk membuat sebuah games pada
platform Android. Setelah saya mengajukan ide tersebut dan diterima. Saya
sungguh bingung. Bagaimana saya bisa membuat sebuah game ? saya sendiri tidak
pernah melakukan hal itu sebelumnya. Saya langsung memulai untuk mencari sumber
– sumber pembelajaran yang saya butuhkan dan Alhamdulillah dengan bantuan dari
teman – teman saya, saya berhasil menyelesaikan game yang saya ajukan untuk
penulisan tersebut secara tepat waktu. Jadi, intinya apakah saya ber-potensi
dalam dunia IT? Apakah bisa dikatakan iya ? apakah tidak ? Mari kita lanjutkan
ke pengalaman saya selanjutnya ketika saya mencoba untuk magang di semester 8.
Pada saat itu saya berpikir jika
akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan ketika saya lulus jika saya tidak
memiliki pengalaman sebelumnya. Dan keinginan saya untuk belajar lebih juga
menjadi motivasi tersendiri bagi saya. Beruntung, salah seorang teman saya
mengirimkan saya bahwa sedang dibuka program internship (magang) pada sebuah
perusahaan startup dan saya tanpa pikir panjang langsung membuat CV saya dan
mengirimkannya. Dan Alhamdulillah setelah di interview saya diterima untuk
magang pada perusahaan tersebut. Kembali lagi setelah diterima saya mengalami
dilema, Bagaimana saya bisa membuat sebuat program dari startup tersebut
padahal saya belum pernah membuat prgoram Android sebelumnya. Pada interview
tersebut saya mengatakan bahwa saya memang belum pernah membuat apapun, namun
saya sedikit banyak mengerti dan sungguh sangat berminat pada bidang ini. Pada
saat itu saya diinvterview secara langsung oleh founder dari startup tersebut.
Langsung saja ketika saya mulai
untuk magang, di hari pertama saya diberikan pekerjaan yang belum pernah saya
lakukan sebelumnya. Saya sungguh kaget dengan hal tersebut. Dan berusaha
sekeras mungkin untuk mengerti hal tersebut, menyelesaikan apa yang menjadi
tugas saya karena hal tersebut menjadi tanggung jawab saya. Perlu anda ketahui
dalam dunia program, tidak semua programmer dapat melakukan koding dengan
mulus, ada saja bug atau error dan masalah lainnya yang akan dialami dan tidak
dapat disolve atau diselesaikan secara langsung atau pada hari itu juga. Ketika
saya mengalami hal tersebut saya sungguh pusing dan tidak enak kepada
foundernya. Namanya Pak Kresna. Kemudian beliau mengatakan kepada saya ”kamu
istirahat saja dulu, tidurin diri kamu, istirahat dan kita mulai lagi besok.”
Saya langsung jujur kepada Pak Kresna bahwa saya sungguh tidak enak hati kepada
Pak Kresna karena saya merasa tidak bisa menyelesaikan tugas yang diberikan.
Namun Pak Kresna kembali meyakinkan saya bahwa saya tidak perlu khawatir dan
mengistirahatkan diri saya. Singkat
saja, dikarenakan saya hanyalah magang maka tiba waktunya ketika saya
menyelesaikan waktu magang saya dan kemudian saya melakukan review atas apa
yang saya telah kerjakan. Disini adalah bagian yang paling menarik, saat itu
saya dipertemukan dengan salah founder lain yaitu Kak Rani. Saya mengatakan
bahwa saya sungguh tidak enak dan merasa sungguh tidak pantas serta tidak
efektif untuk perusahaan startup tersebut karena saya tidak memiliki keahlian
yang memadai. Apa yang saya lakukan masih dibawah standard yang telah mereka
tentukan. Lalu muncul perkataan dari para founder yang membuat saya kembali
tersenyum dan tetap yakin. Kak Rani mengatakan jika apa yang telah saya lakukan
meskipun belum mencapai 100 %, sudahlah sangat baik. Saya mungkin sudah
menyelesaikan sekitar 85-90% dari apa yang mereka inginkan dan sudah diatas
dari perkiraan mereka. Pak Kresna menambahkan dengan mengatakan kepada saya
agar saya tidak terlalu minder. Bayangkan ketika saya pertama kali diinterview
dan mengatakan saya belum pernah mencoba, dan ternyata saya bisa melakukannya.
Itu merupakan sesuatu hal yang sungguh sangat luar biasa. Saya tetap mengelak
dengan mengatakan bahwa saya kira saya tidak cukup ekfetik dan baik untuk
perusahaan mereka dikarenakan keahlian saya. Lebih baik menyewa atau
menggunakan jasa dari developer house yang sudah berpengalaman dan profesional
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Kak Rani dan Pak Kresna kemudian
menyangkal hal tersebut, dengan mengatakan apabila mereka menggunakan developer
house tetap akan mendapatkan kesulitan yang sama seperti yang saya alami tanpa
ada essensi dan kegunaan sama sekali. Dengan adanya saya yang masih berjiwa
muda dan keinginan untuk berkembang, mereka merasa jika saya bisa memberikan
kelebihan tersendiri dibanding mereka menggunakan sebuah jasa developer house.
Kak Rani menambahkan jika saya ini memiliki potensial dikarenakan masih muda,
masih fresh, masih memiliki passion, minat yang tinggi.
Jadi bisa saya simpulkan bahwa yang
dimaksud dengan potensi adalah ketika kita masih muda, kita memiliki kemauan
dan bukan kemampuan. Kita memiliki kemauan yang kuat untuk membuktikan diri
kita, dan jangan pernah lupa dan menyerah untuk terus melakukan dan bekerja
keras untuk apa yang kita cintai dan kita suka. Jadi potensi tidaklah yang
seperti orang lain katakan ketika anda lebih baik dalam hal ini dan anda tidak
baik dalam hal ini. Yang ada hanyalah anda memiliki kemauan untuk melakukan apa
yang anda inginkan dan terus memperjuangkannya selagi anda bisa. Itulah adalah
cara terbaik dalam menggali potensi diri anda 😊
Comments
Post a Comment